A
new method for Enterprise Architecture Assessment and Decision-making about
Improvement or Redesign
A paper by Mehrshid Javanbakht, Maryam Pourkamali, &
Mohammad Reza Feizi
Landasan utama
dalam arsitektur organisasi terdiri dari dari misi dan tujuan, fungsi dan proses bisnis, informasi, layanan, dan
teknologi. Landasan utama
ini menjadi bagian yang penting dalam arsitektur organisasi baik pada as-is
architecture maupun to-be architecture. As-is architecture merupakan arsitektur organisasi yang
telah ada yang digunakan sebagai dasar dalam pencapaian to-be architecture, tujuan
arsitektur organisasi yang ingin diterapkan oleh organisasi. Untuk
menghubungkan arsitektur organisasi yang telah ada dan arsitektur organisasi yang
ingin dicapai maka dibuatlah perencanaan
transisi untuk melakukan perubahan tersebut.
Arsitektur organisasi dapat selalu berubah menjadi lebih baik sehingga to-be
architecture merupakan bagian yang selalu ada dalam arsitektur
organisasi. Namun, perubahan yang dilakukan memerlukan waktu, biaya, dan
menimbulkan resiko yang memungkinkan kegagalan bisnis. Untuk meminimalisasi hal
tersebut diperlukan perencanaan yang baik dalam mengubah arsitektur yang telah
ada, as-is architecture menjadi to-be architecture.
Perencanaan tersebut mencakup :
- Pengukuran kapasisitas dari kondisi arsitektur yang telah diterapkan berdasarkan misi dan tujuan yang ingin dicapai organisasi
- Cara penentuan keputusan dalam perbaikan arsitektur organisasi ataupun perencanaan ulang arsitektur tersebut.
Pengambilan keputusan
yang tidak tepat pada perencanaan dapat menyebabkan waktu dan sumber daya
organisasi terbuang sia-sia. Oleh karena itu, diperlukan penentuan
aktivitas-aktivitas penting untuk memaksimalkan pemanfaatan waktu yang ada.
Untuk mengatasi
permasalahan dalam transisi as-is architecture menjadi to-be architecture pada organisasi maka Multi-agent
architecture diajukan sebagai solusi permasalahan tersebut. Multi-agent architecture menyediakan
metode untuk melakukan penilaian kondisi organisasi dan menentukan keputusan
yang akurat untuk memperbaiki ataupun melakukan perancangan kembali arsitektur
perusahaan berdasarkan misi, tujuan, dan keterbatasan yang dimiliki organisasi. Multi-agent architecture digunakan untuk meminimalisasi waktu yang digunakan dalam eksekusi metode. Terdapat 4 agen dalam setiap metode yang memiliki tujaun
masing-masing. Setiap agen tersebut memiliki sub-agents yaitu : Middleware agent, Rule Comparison agent,
Dynamic Analytical agent, Knowledge Discovery dan Management agent.
Tahapan dalam
melakukan penilaian dan pembuatan keputusan terdiri dari :
- Penyesuaian dari
reference model- refence model untuk organisasi umum dengan menggunakan
studi kasus.
Dengan menggunakan Architecture reference model yang meliputi detail komponen pada keseluruhan sistem, maka klasifikasi
informasi organisasi dapat dilakukan dengan lebih mudah berdasarkan beberapa
fakta yaitu banyak dan beragamnyanya komponen, analisis komponen tersebut, dan
kebutuhan penilaian,
prioritas dan urutan dari setiap
komponen.
- Penggunaan layer model
untuk mengenali hubungan diantara layer-layer pada arsitektur organisasi.
Layer yang digunakan pada arsitektur organiasasi antara lain layer tujuan, objektif, goal, fungsi, layanan dan teknologi.
- Menggunakan pendekatan top-down untuk mempriotisasi implementasi
komponen-komponen arsitektur organisasi yang berbeda dan aktivitas-aktivitas
terkait.
Setiap komponen pada arsitektur organisasi memiliki
keterkaitan, tetapi tidak seluruh komponen tersebut dapat diimplementasikan
pada EA dikarenakan keterbatasan dana dan waku yang dibutuhkan untuk komponen
tersebut. Oleh karena itu, metode prioritas pembangunan EA menjadi hal yang
penting. Metode prioritas komponen
tersebut dilakukan berdasarkan score.
Setiap project memiliki satu atau lebih objektif. Setiap objektif memiliki
score yang berbeda-beda dengan jumlah score seluruh objektif bernilai 100. Satu
objektif terdapat satu atau lebih goal. Setiap goal memiliki score yang berbeda
beda dengan jumlah score seluruh goal bernilai 100. Demikian pula dalam satu
goal terdapat satu atau lebih fungsi. Setiap fungsi memiliki score yang berbeda
beda dengan jumlah score seluruh fungsi bernilai 100. Begitu pula pada layer
layanan dan teknologi. Komponen diurutkan berdasarkan score tertinggi. Semakin
tinggi score yang dimiliki, maka akan semakin besar prioritas yang diberikan
pada komponen tersebut.
- Menggunakan pendekatan bottom-up pada penilaian arsitektur organisasi
Bottom-up penilaian arsitektur organisasi dapat dilakukan dengan cara
·
Melakukan penilaian dari hal kecil untuk membangun hal yang besar
·
Melakukan penilaian hanya pada komponen terpilih dengan prioritas yang
besar
·
Mulai dari teknologi ke layanan, layanan ke fungsi, fungsi ke goal, goal ke
objektif
·
Menentukan persentase misi organiasai yang telah dipenuhi dengan mengacu
pada paper detail teknis.
- Komputerisasi dan kalkulasi
terkait biaya dan analisis manfaat
Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
• Statistical sampling
Dengan menggunakan pengalaman dari proyek sukses
sebelumnya dan pengumpulan informasi
stastik dan metode sampling untuk melakukan perhitungan perkiraan
standar. Apabila score yang didapatkan pada proyek lebih besar dari standar
maka enterprise architecture akan mendapatkan manfaat bila
melakukan peningkatan, apabila tidak maka perancangan kembali enterprise architecture lebih direkomenasikan
• Nearest neighborhood method
Dengan
menggunakan strategi “nearest
neighborhood” untuk
mengimport hasil score dari proyek sukses sebelumnya ke dalam jaringan dan
secepatnya mempelajari dan melaporkan kondisi jaringan berdasarkan poin
gangguan proyek.
• TOPSIS method
Metode pengambilan keputusan dengan beberapa indikator
yang bekerja berdasarkan jarak proyek terbaik dan proyek terburuk dengan
menggunakan matriks bobot yangdinormalisasi. Berdasarkan urutan daftar pilihan
proyek maka perbaikan ataupun perancangan kembali enterprise architecture dipilih.
- Pengambilan keputusan dan
memilih antara memperbaiki arsitektur organisasi yang telah ada atau
melakukan perancangan kembali arsitektur organisasi tersebut.
Berikut
merupakan alat yang dikembangkan untuk melakukan analisis manfaat dengan mengimpelemtasikan
metode-metode yang ada :
Tampilan untuk mempresentasikan hasil prioritisasi
Tampilan untuk menampilkan status proyek berdasarkan “nearest neighborhood” network
Tampilan untuk menampilkan status proyek berdasarkan standar yang didapatkan dari pengumpulan data statistik
Tampilan untuk menampilkan proyek berdasarkan metode TOPSIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar