Modeling Contextual Concerns in Enterprise Architecture
A paper by Gonc¸alo Antunes, Jos´e Barateiro, Christoph Becker, Jos´e Borbinha and Ricardo Vieira
Enterprise Architecture (EA) bertujuan untuk membantu manajemen perusahaan agar menjadi lebih baik. Tujuan EA tersebut dapat dicapai jika EA dibangun dalam konteks yang tepat. Oleh karena itu, diperlukan pemodelan kontekstual EA yang berfokus pada deskripsi konteks arsitektur dan gap analysis antara keinginan stakeholher dengan rancangan arsitektur yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil kombinasi dari beberapa standard dan rujukan :
- IEEE Std. 1471-2000 : penjelasan mengenai arsitektur, yang merupakan sistem fundamental dari suatu organisasi, yang dapat dilihat dalam komponen-komponennya, hubungan antar komponen serta hubungan antar komponen dengan lingkungannya, dan prinsip-prinsip yang mengatur desain dan evolusi.
- TOGAF : penjelasan mengenai EA, yang merupakan pendekatan holistik terhadap sistem arsitektur dengan tujuan untuk memodelkan peran dari sistem informasi dan teknologi pada organisasi; menyelaraskan konsep suatu perusahaan, bisnis proses, dan informasi dengan sistem informasi; perencanaan perubahan; dan menyediakan kesadaran pada organisasi
- Business Motivation Model (BMM) : framework konseptual untuk mengatur keseluruhan bisnis proses perusahaan.
- Digital Persevation (DP) : upaya optimisasi siklus informasi dengan membuat penyebaran dan penggunaan objek-objek informasi untuk mengelola pengetahuan dalam objek tersebut agar dapat diakses dengan mudah.
Pemodelan ini menunjukkan bahwa integrasi konteks arsitektur ke dalam model arsitektur dapat meningkatkan hubungan antara elemen-elemen utama dari visi arsitektur dan concern dari stakeholder.Pemodelan yang dilakukan memproyeksikan pengetahuan yang ada terhadap fondasi yang menjadi landasan dalam pembangunan kerangka EA. Hasil arsitektur tersebut kemudian akan diterapkan ke dalam digital preservation (DP), suatu isu yang dikarenakan selalu berubahnya dan tidak bertahan lamanya solusi TI sehingga menyebabkan pengetahuan suatu perusahaan terperangkap dalam format yang tak lagi berlaku.
Pengembangan rancangan aristektur dilakukan dengan menggunakan Architecture Development Method (ADM) TOGAF yang merupakan kerangka inti dari TOGAF. ADM merupakan proses siklik yang terbagi menjadi 9 bagian yakni premilinary, architecture vision,business architecture, information systems architecture, technology. Namun, pengembangan ini hanya difokuskan pada dua fase awal proses ADM yaitu proses :
· Preliminary Phase : fase persiapan dan inisiasi dari kegiatan arsitektural, serta penyusunan definisi terkait prinsip-prinsip internal dan eksternal organisasi yang mengelola arsitektur
· Architecture Vision Phase : fase penyusunan definisi ruang lingkup, identifikasi stakeholders , elaborasi rantai nilai, constraints, drivers, goals, dan key performance indicator, serta kapabilitas dan visualisasi dari solusi arsitektur
Berikut merupakan langkah-langkah dalam mengembangkan visi arsitektur:
1.
Identifikasi stakeholders & concern.
Dua belas stakeholder berhasil diidentifikasi, antara lain: Producer/Depositor, Consumer,
Executive Management, Repository Manager, Technology Manager, Operational
Manager, Regulator, Auditor, Repository Operator, Technology Operator, System
Architect, Solution Provider
- Analisis Influencers
Influenser
pada penetapan tujuan organisasi dalam DP terbagi menjadi dua kategorisasi:
a. Internal Driver — mencakup: visi bisnis,
sumber daya (infrastruktur organisasi dan teknis yang dibutuhkan untuk
beroperasi), data (direpresentasikan dengan karakteristik data yang ingin
disimpan ), dan proses (berkaitan dengan karakteristik proses untuk
memanipulasi data)
- External Driver — mencakup: produser/penghasil informasi,
komunitas pengguna, kontrak (deposit, penyalur dan layanan,
interoperabilitas, serta kontrak akses), kompetisi serta regulasi dan
mandat
- Mendefinisikan high-level goals
& KPI
High-level goals dibagi menjadi
a. Empat
tujuan utama organiasi antara lain :
1) G1 – Memperoleh kontent dari
produser yang sesuai dengan mandat dan peraturan yang disetujui
2) G2 – Menyampaikan obyek yang otentik,
lengkap, dapat digunakan dan dapat dimengerti kepada komunitas pengguna
3) G3 – Seantiasa memelihara asal dari
obyek dan menyampaikan sumber informasi kepada pengguna sesuai permintaan
4) G4 – Menyediakan obyek untuk waktu
yang spesifik secara tepat, menjaga inegritas obyek dan melindungi obyek dari
ancaman.
b. Empat tujuan terkait perubahan lingkungan
1) G5 – Bereaksi terhadap perubahan
lingkungan secara teratur untuk menjaga agar obyek tetap dapat diakses dan
dapat dipahami
2) G6 – Memastikan ketahanan tempat
penyimpanan: amanat, teknikal, financial, operasional, komunitas
3) G7 – Membangun kepercayaan pada
pihak penyimpan, komunitas penunjuk dan stakeholder lainnya.
4) G8 – memaksimalkan efisiensi dalam
semua operasi
4.
Penentuan
Kapabilitas
Kapabilitas yang dimiliki
terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
a. Governance Capabilities — mencakup: compliance, community relations, certification,
mandate negotiation, business continuity, and succession planning, IT
governance, manage risks
b. Business
Capabilities — mencakup: acquire
content, secure bitstreams, preserve content, disseminate content
c.
Support Capabilities.— mencakup: data management, manage
infrastructures, manage HR, manage finances