Minggu, 08 April 2012


Enterprise Architecture Management’s Impact on Information Technology Success

A Paper by Robert Lagerstrom, Teodor Sommestad, Markus Buschele, Mathias Ekstedt

Seringkali muncul pendapat bahwa kesuksesan teknologi informasi pada suatu organisasi dipengaruhi oleh Enterprise Achitecture Management (EAM) organisasi tersebut. Namun, pendapat-pendapat tersebut hanya merupakan pendapat sebab pengujian empiris mengenai keterkaitan kesuksesan TI organisasi dengan EAM organisasi masih sangat terbatas. Oleh karena itu, pengujian hubungan antara EAM dan kesuksesan TI organisasi perlu dilakukan.

Pada tahun 2009, dilakukan penelitian untuk menguji hubungan antara EAM dan kesuksesan TI organisasi. Penelitian ini diadakan saat melangsungkan simposium enterperprise architecture di Royal Institute of Techonolgy, Stockholm, Sweden. Penelitian dilakukan terhadap 268 peserta simposium dan menghasilkan 68 responden sebagai berikut





Pengujian hubungan antara EAM dan kesuksesan TI organisasi dilakukan dengan menetapkan hipotesis bahwa enterprise architecture management berkorelasi positif dengan kesuksesan TI organisasi. Pegujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan metode statistik dan Pearson correlation.


Berdasarkan pengujian hipotesis yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut


·   Penerapan enterprise architecture dalam jangka waktu yang lama tidak mempengaruhi kesuksesan suatu teknologi informasi.
·    Dari ke sembilan hipotesis, dapat disimpulkan bahwa enterprise architecture maturity memiliki korelasi dengan kesuksesan suatu teknologi informasi.
·     Kesuksesan suatu proyek teknologi infromasi juga berpengaruh dengan faktor-faktor lainnya diluar dari enterprise architecture management maturity.
·  Dalam sisi industri, sangat penting untuk memperhatikan kematangan pengelolaan enterprise architecture
·      Dalam sisi akademis, Penelitian dapat diarahkan kepada bagaimana diimplementasikannya enterprise architecture yang matang di dalam industri 

Rabu, 04 April 2012


Presenting A Method for Benchmarking Application in the Enterprise Architecture Planning Process Based on Federal Enterprise Architecture Framework
A Paper by Akkasi Abbas, Seyyedi Mir Ali, Shams Fereydon


Dalam proses perancangan dan pengimplementasian Enterprise Architecture (EA) salah satu kendala yang dihadapi ialah banyaknya waktu yang dihabiskan untuk melaksanakan proses tersebut. Selain itu dalam perangcangan dan pengimplementasian EA juga terdapat kendala berupa kemungkinan terjadinya kesalahan interprestasi dan kegagalan dalam penterjemahan kebutuhan untuk pembuatan EA suatu organisasi. Oleh karena itu, diperlukan solusi untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam proses penerapan EA. Solusi yang ditawarkan yaitu dengan melakukan benchmarking pada proses perancangan EA.

Proses EA terdiri dari delapan tahapan yang digambarkan sebagai berikut

Proses benchmarking yang dilakukan merupakan proses membandingkan  proses bisnis pada organisasi dengan proses bisnis sejenis pada organisasi yang lebih maju . Proses benchmarking ini dilakukan sesuai dengan framework EA yang telah ditentukan yaitu Federal Enterprise Architecture Framework (FEAF). Benchmarking EA yang dilakukan dengan menentukan  apa yang dibandingkan (fungsional, proses ataupun startejik benchmarking)  dan dengan siapa perbandingan tersebut dilakukan (internal, kompetitor, selain kompetitor atapun terhadap best practice) .
Berikut merupakan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses benchmarking


1.     Tahap penentuan domain benchmark dilakukan dengan melakukan pendekatan taksonomi dengan melakukan pengurutan kategori berdasarkan perhitungan yang dilakukan terhadap data matriks.
2.     Tahap identifikasi best practice dan pemilihan partner benchmarking. Pemilihan partner tersebut dilakukan dengan cara berikut



3.     Tahap pembelajaran best practice yang dilakukan oleh organisasi yang akan dibandingkan sekaligus tahap pembelajaran mengenai kondisi perusahaan saat itu.
4.     Tahap analisis gap yang menggambarkan perbedaan kondisi organisasi saat dilakukan benchmark dengan target kondisi yang akan dicapai yaitu best practice yang dilakukan oleh organisasi yang dibandingkan.
5.     Tahapan peninjauan kemungkinan pencapaian target best practice organisasi berdasarkan hasil analisis gap yang telah dilakukan.
6.      Tahapan perencanaan implementasi hasil benchmarking yang dilakukan.
7.      Tahapan penerimaan dan evaluasi terhadap EA yang akan diimplementasikan.

Pelaksanaan benchmarking best practice pada proses perencanaan EA memberikan beberapa manfaat antara lain :
·         Peningkatan waktu penyelesaian pekerjaan
·         Peningkatan akurasi dan konsentrasi pada domain utama
·         Peningkatan kecepatan dan ketepatan dari proses EA
·         Pengurangan resiko pada target arsitektur domain dan pembuatan rencana transisi

An Experts’ Perspective on Enterprise Architecture Goals, Framework Adoption and Benefit Assessment

A Paper by Matthias Lange and Jan Mendling

Ketertarikan yang besar dalam dunia akademis dan praktis terhadap Enterprise Architecture Frameworks dan Enterprise Architecture modeling menyebabkan timbulnya kegelisahan mengenai cost benefit ratio Enterprise Architecture. Cost benefit Enterprise Architecture dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu:

1.             Tujuan pembuatan EA yang ingin dicapai organisasi

Tujuan EA terdiri dari tujuan internal dan tujuan eksternal.

2.       Pengadopsian Framework dan model EA yang dilakukan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

EA Frameworks yang digunakan antara lain:
     Zachman framework
     TOGAF framework
     DoDAF framework
     ARIS framework

Keempat framework tersebut merupakan pendekatan berbasis model. Dengan demikian, model pengurangan kompleksitas digunakan sebagai dokumentasi, blueprint, bahasa komunikasi, dan dasar pembuatan keputusan. Keempat framework tersebut memiliki konsep yang sama yaitu terbagi menjadi lima layer sebagai berikut:
      business architecture         : strategi, tujan organisasi, value networks, atau produk/jasa 
                                                 yang ditawarkan
      process architecture          : fungsi bisnis, orchestration, proses bisnis, struktur organisasi, 
                                            kewajiban dan kinerja
      integration architecture      : interaksi dan keterkaitan dari komponen sistem informasi
      software architecture         : software artifacts, layanan dan struktur data
      infrastructure architecture  : aspek technologi dari komputerisasi dan komunikasi

3.       Pendekatan pengukuran manfaat EA yang diterima organisasi terhadap tujuan yang telah ditetapkan

Pendekatan pengukuran manfaat EA dilakukan untuk mengetahui hasil yang diterima organisasi dengan penerapan EA yang dilakukan. Terdapat tiga pendekatan pengukuran manfaat EA antara lain :
·   EA Scenario Assessment, yaitu penilaian kesesuaian EA terhadap tujuan organisasi dan kebutuhan organisasi. Pada penilaian ini dilakukan analisis model EA atau pengumpulan informasi mengenai GA dengan cara terstruktur.
·    EA Process Assessment, yaitu evaluasi proses EA yang terdapat dalam sebuah fungsi EA mencakup evaluasi kelengkapan, efisiensi, dan berarti bagi tujuan organisasi.
·   Overall EA Benefit Assessment, yaitu penilaian manfaat EA secara keseluruhan mencakup nilai-nilai pendorong EA, model kesuksesan SI dalam konteks EA, konsep penilaian keseluruhan dari fungsi EA  terhadap model referensi EA.

Sebuah penelitian dilakukan terhadap 16 senior manajer ataupun konsultan senior mengenai pengadopsian EA Framework.

















Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara semi-terstruktur berdasarkan empat bagian pertanyaan sebagai berikut












Hasil penelitian diperoleh sebagai berikut
1.              Tujuan EA


















2.             Framework EA










3.             Pengukuran Manfaat EA




   Kesimpulan Penelitian
      Pemenuhan fungsi tidak terintegrasi pada fungsi EA
      Tampilan antara layer bisnis dan layer TI membutuhkan pengertian lebih mendalam mengenai cara pergarahan alignment dan cara efektif mengintegrasikan keduanya.
       Tiga penyebab utama pengukuran manfaat EA sangat sulit untuk dilakukan yaitu tingkat maturity saat ini, ketiadaan metrics dan tidak adanya pendekatan.
       Kelas-kelas tujuan EA dapat dihasilkan oleh para praktisi sebagai referensi untuk melakukan analisis terhadap status aktivitas EA saat ini dan untuk mentukan target dari tujuan EA  


A Method to Define an Enterprise Architecture using the Zachman Framework
A paper by Carla Marques Pereira and Pedro Sousa

Organisasi pada umumnya tidak memiliki peralatan dan metodologi yang memadai yang memungkinkan melakukan pengelolaan dan koordinasi sistem informasi yang dimiliki. Padahal menurut Zachman, dengan meningkatnya ukuran dan kompleksitas dari pengimplementasian sistem informasi, dibutuhkan penggunaan arsitektur untuk mendefinisikan dan mengawasi tampilan dan integrasi dari seluruh komponen sistem. Oleh karena itu, Enterprise Architecture menjadi penting bagi organisasi.


Salah satu Enterprise Architecture yang banyak digunakan ialah Zachman Framework, framework yang dideskripsikan sebagai sebuah arsitektur yang merepresentasikan artifak sistem informasi. Zachman Framework mengusulkan struktur logika untuk mengklasifikasi dan mengorganisasi representasi deskriptif dari sebuah organisasi – dalam dimensi yang berbeda-beda- dengan setiap dimensi dapat dilihat dalam perspektif yang berbeda. Pendeskripsian framework ini dilakukan pada dua aspek independen yaitu baris dan kolom. Zachman Framework bersifat sangat fleksibel sehingga sering kali fleksibilitas tersebut menyebabkan kesalahan dalam menginterpretasikan tujuan.

Pada Zachman Framework terdapat 5 prespektif antara lain:
  • Scope (Planner’s Perspective)
  • Enterprise Model (Owner’s Perspective)
  • System Model (Designer’s Perspective)
  • Technology Model (Builder’s Perspective)
  • Detailed Presentations (Subcontractor’s Perspective)

Yang terkait pada dimensi-dimensi sebagai berikut:
  • Data (What?)
  • Function (How?)
  • Network (Where?)
  • People (Who?)
  • Time (When?)
  • Motivation (Why?)

Dengan menggunakan Zachman Framework suatu organisasi dapat mendefinisikan Enterprise Architecture. Sebuah metode pendefinisian Enterprise Architecture menggunakan Zachman Framework dilakukan dengan menggunakan artifak. Artifak merupakan segala bentuk representasi, model ataupun diagram yang mendukung fungsi dari setiap sel. Artifak berbentuk notasi yang merepresentasikan maksud dari sebuah sel. Artifak yang digunakan harus dapat dengan mudah dipahami oleh pelaku bisnis.


Metode pengisian artifak dalam pembuatan Enterprise Architecture menggunakan Zachman Framework dapat dilakukan dengan mengisi notasi pada setiap sel yang tersedia. Notasi pada setiap sel tersebut terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama merepresentasikan identifikasi sel, bagian kedua merepresentasikan urutan pengisian, bagian ketiga merepresentasikan keterkaitan satu sel dengan sel lainnya. Metode pengisian artifak ini terdiri dari beberapa tahapan :

Tahap 1 : Pengeksekusian sel dapat dilakukan secara paralel

Tahap 2 : Pada sel G, artifak dapat diisi setelah sel A terlebih dahulu diselesaikan. Notasi pada sel G bergantung pada notasi sel A. Oleh karena itu, sel A disebut Anchor Cell, yaitu sel yang beragregasi dan relatif terhadap sel alinnya.

Proses tersebut dilaksanakan berulang-ulang hingga seluruh notasi pada setiap sel artifak terisi.
Dengan menggunakan metode pengisian artifak tersebut dikembangkan sebuah tools yang dapat digunakan untuk membantu pembuatan Enterprise Architecture menggunakan Zachman Framework. Beberapa fungsi yang dimiliki oleh tools tersebut antara lain:
·         Berlaku sebagai sebuah penyimpanan informasi untuk konsep Zachman Framework
·         Menghasilkan beberapa artifak yang terkait pada setiap sel framework
·         Memungkinkan analisis multi-dimensional pada konsep keterkaitan pada setiap sel
·         Mendukung analisis alignment level diantara komponen-komponen Enterprise Architecture